Siapa sih yang tidak kenal dengan
Danau Toba, bahkan sebagian besar orang Indonesia sudah pernah berwisata ke
sana, begitu juga dengan saya. Pada artikel kali ini saya mencoba memaparkan
kisah Legenda Danau Toba, berikut
ini ceritanya :
Gambar Danau Toba Dari Citra Satelit
Di sebuah desa di wilayah Sumatera,
hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya
tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal
lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih
hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di
sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar," gumam
petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya
terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
Ia takjub melihat warna sisik ikan
yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya
bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. "Tunggu, aku
jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku."
Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya,
ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu
berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?,"
gumam petani.
"Jangan takut pak, aku juga
manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah
menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Puteri,
aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka
sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka
tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji
itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah
penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia
mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam mereka. Petani merasa
sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk
mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet.
Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam
hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat
menjatuhkan keberhasilan usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti
memelihara makhluk halus! " kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai
ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan
semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan
dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang
bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka
lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi
agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya,
yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat
dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat
jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak.
Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka.
"Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!" kata
Petani kepada istrinya. "Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda
memang
seorang suami dan ayah yang baik,"
puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada
batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat
tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja.
Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya,
sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera
sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya.
"Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat
si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan
kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas
dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat
deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air
meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya
membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.
Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar